Home > Blossary: Nama-Nama Rumah Adat di Indonesia
Indonesia adalah negara yang terkenal akan kemajemukan di segala bidang. Hal ini dapat dilihat dari keanekaragaman jenis budayanya, misalnya bahasa daerah, suku, tarian, rumah adat, dan sebagainya. Ada berbagai jenis rumah adat yang tersebar di seluruh provinsi. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri, baik dari segi bentuk, latar belakang sejarah, maupun fungsi.

Kategori: Other

21 Istilah

Created by: Morgen

Number of Blossarys: 1

My Terms
Collected Terms
Indonesian (ID)
Indonesian (ID)

Rumah Tambi merupakan rumah adat Sulawesi Tengah berbentuk panggung yang atapnya sekaligus berguna sebagai dinding. Rumah Tambi yang digunakan sebagai rumah kepala adat jumlah anak tangganya ganjil, sedangkan untuk penduduk biasa anak tangganya berjumlah genap. Alas rumahnya terdiri dari balok-balok yang disusun, sedangkan fondasinya terdiri dari batu alam. Tangga untuk naik tersebut terbuat dari daun rumbia atau daun bambu yang dibelah dua.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Tambi merupakan rumah adat Sulawesi Tengah berbentuk panggung yang atapnya sekaligus berguna sebagai dinding. Rumah Tambi yang digunakan sebagai rumah kepala adat jumlah anak tangganya ganjil, sedangkan untuk penduduk biasa anak tangganya berjumlah genap. Alas rumahnya terdiri dari balok-balok yang disusun, sedangkan fondasinya terdiri dari batu alam. Tangga untuk naik tersebut terbuat dari daun rumbia atau daun bambu yang dibelah dua.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja di Sulawesi Barat. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat. Tongkonan berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (strata sosial Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut 'alang'. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (banga) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari (disebut pa'bare' allo), yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja di Sulawesi Barat. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat. Tongkonan berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (strata sosial Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut 'alang'. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (banga) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari (disebut pa'bare' allo), yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Bubungan Tinggi adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar (disebut rumah Banjar) di Kalimantan Selatan dan bisa dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah yang paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas provinsi Kalimantan Selatan. Di dalam kompleks keraton Banjar dahulu kala bangunan rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat atau sentral dari keraton yang menjadi istana kediaman raja (bahasa Jawa: kedhaton) yang disebut Dalam Sirap (bahasa Jawa: ndalem) yang dahulu tepat di depan rumah tersebut dibangun sebuah Balai Seba pada tahun 1780 pada masa pemerintahan Panembahan Batuah.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Bubungan Tinggi adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar (disebut rumah Banjar) di Kalimantan Selatan dan bisa dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah yang paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas provinsi Kalimantan Selatan. Di dalam kompleks keraton Banjar dahulu kala bangunan rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat atau sentral dari keraton yang menjadi istana kediaman raja (bahasa Jawa: kedhaton) yang disebut Dalam Sirap (bahasa Jawa: ndalem) yang dahulu tepat di depan rumah tersebut dibangun sebuah Balai Seba pada tahun 1780 pada masa pemerintahan Panembahan Batuah.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Betang adalah rumah panjang yang merupakan rumah adat suku Dayak (Ngaju) di Kalimantan Tengah. Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari tumbuh dan pulang ke rumah di matahari padam. Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, rumah betang sudah tidak ada yang asli lagi, yang ada adalah yang sudah dibangun ulang. Di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah ada rumah betang asli yang dibangun sejak tahun 1870. Letaknya di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir. Rumah ini menghadap Sungai Kahayan dan memiliki pelabuhan yang siap menyambut kedatangan wisatawan melalui sungai.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Betang adalah rumah panjang yang merupakan rumah adat suku Dayak (Ngaju) di Kalimantan Tengah. Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari tumbuh dan pulang ke rumah di matahari padam. Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, rumah betang sudah tidak ada yang asli lagi, yang ada adalah yang sudah dibangun ulang. Di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah ada rumah betang asli yang dibangun sejak tahun 1870. Letaknya di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir. Rumah ini menghadap Sungai Kahayan dan memiliki pelabuhan yang siap menyambut kedatangan wisatawan melalui sungai.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat yang berasal dari Kalimantan Timur dan berbentuk panggung ini dihuni oleh tidak kurang dari 12 kepala keluarga atau sekitar 50-100 orang. Diperkirakan ukuran panjang rumah Lamin sekitar 30 meter, lebar 15 meter dan tinggi sekitar 3 meter. Dalam rumah Lamin sendiri ada beberapa ciri yang sangat kental seperti pada ukiran atap terdapat patung yang berbentuk naga dan burung. Yang mengandung arti kesaktian dan kewajiban masyarakat Dayak. Pada bagian dinding yang paling menonjol adalah dari segi warna. Rumah ini dominan dengan warna kuning, putih dan hitam yang berbentuk salur pakis dan mata yang melambangkan persaudaraan suku Dayak. Selain itu juga pada bagian kaki yang berbentuk ukiran kerangka manusia dan juga binatang wanita memakai kain, serta bentuk semi-abstrak yang melambangkan persaudaraan suku Dayak desa Pampang. Masyarakat percaya ukiran dan patung tersebut berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat mengingat kepercayaan suku Dayak yang masih percaya dengan kekuatan-kekuatan gaib atau animisme. Bahan utama bangunan rumah adat Lamin adalah kayu ulin atau banyak orang yang menyebutnya sebagai kayu besi. Disebut kayu besi karena memang jenis kayu tersebut adalah kayu yang sangat kuat.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat yang berasal dari Kalimantan Timur dan berbentuk panggung ini dihuni oleh tidak kurang dari 12 kepala keluarga atau sekitar 50-100 orang. Diperkirakan ukuran panjang rumah Lamin sekitar 30 meter, lebar 15 meter dan tinggi sekitar 3 meter. Dalam rumah Lamin sendiri ada beberapa ciri yang sangat kental seperti pada ukiran atap terdapat patung yang berbentuk naga dan burung. Yang mengandung arti kesaktian dan kewajiban masyarakat Dayak. Pada bagian dinding yang paling menonjol adalah dari segi warna. Rumah ini dominan dengan warna kuning, putih dan hitam yang berbentuk salur pakis dan mata yang melambangkan persaudaraan suku Dayak. Selain itu juga pada bagian kaki yang berbentuk ukiran kerangka manusia dan juga binatang wanita memakai kain, serta bentuk semi-abstrak yang melambangkan persaudaraan suku Dayak desa Pampang. Masyarakat percaya ukiran dan patung tersebut berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat mengingat kepercayaan suku Dayak yang masih percaya dengan kekuatan-kekuatan gaib atau animisme. Bahan utama bangunan rumah adat Lamin adalah kayu ulin atau banyak orang yang menyebutnya sebagai kayu besi. Disebut kayu besi karena memang jenis kayu tersebut adalah kayu yang sangat kuat.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Istana Kesultanan Kadriah dari Pontianak, provinsi Kalimantan Barat ini pada awalnya dibangun pada tahun 1771 dan selalu senantiasa dibangun sambil direnovasi hingga resmi selesai pada tahun 1778. Istana ini terletak tidak jauh dari Masjid Jami, masjid yang cukup menjadi icon di Pontianak mungkin jaraknya tidak lebih dari 300 meter. Lokasinya dekat jalan Tritura, yang merupakan pertemuan dari 3 sungai. Nama daerahnya kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Pontianak Timur. Dari titik nol kota Pontianak jaraknya sekitar 7 kilometer berjalan menuju arah timur dan harus menyeberang sungai yang bisa dicapai lewat jembatan atau pun menggunakan perahu. Istana kesultanan Kadriah ini memang bukan lokasi wisata yang sangat ramai hingga padat dikunjungi wisatawan. Namun bukan berarti sepi, istana keraton ini meskipun pengunjungnya tidak pernah ramai tetapi pengunjung selalu berdatangan dan tidak pernah sepi. Memasuki pintu gerbang menuju istana keraton akan tampak bangunan 2 tingkat yang dibangun dari kayu belian, kayu ini sangat terkenal di kalimantan. Kayu ini memiliki struktur kayu yang sangat keras dan anti rayap oleh karena itu sering disebut-sebut juga sebagai kayu besi. Rumah dari kayu ini terlihat sedikit kuno dengan penggabungan arsitektur pada jaman Belanda, yang memadukan unsur melayu dan islam. Warna istana keraton ini didominasi warna kuning dan putih pada bagian dinding dan warna coklat gelap pada bagian atap.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Istana Kesultanan Kadriah dari Pontianak, provinsi Kalimantan Barat ini pada awalnya dibangun pada tahun 1771 dan selalu senantiasa dibangun sambil direnovasi hingga resmi selesai pada tahun 1778. Istana ini terletak tidak jauh dari Masjid Jami, masjid yang cukup menjadi icon di Pontianak mungkin jaraknya tidak lebih dari 300 meter. Lokasinya dekat jalan Tritura, yang merupakan pertemuan dari 3 sungai. Nama daerahnya kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Pontianak Timur. Dari titik nol kota Pontianak jaraknya sekitar 7 kilometer berjalan menuju arah timur dan harus menyeberang sungai yang bisa dicapai lewat jembatan atau pun menggunakan perahu. Istana kesultanan Kadriah ini memang bukan lokasi wisata yang sangat ramai hingga padat dikunjungi wisatawan. Namun bukan berarti sepi, istana keraton ini meskipun pengunjungnya tidak pernah ramai tetapi pengunjung selalu berdatangan dan tidak pernah sepi. Memasuki pintu gerbang menuju istana keraton akan tampak bangunan 2 tingkat yang dibangun dari kayu belian, kayu ini sangat terkenal di kalimantan. Kayu ini memiliki struktur kayu yang sangat keras dan anti rayap oleh karena itu sering disebut-sebut juga sebagai kayu besi. Rumah dari kayu ini terlihat sedikit kuno dengan penggabungan arsitektur pada jaman Belanda, yang memadukan unsur melayu dan islam. Warna istana keraton ini didominasi warna kuning dan putih pada bagian dinding dan warna coklat gelap pada bagian atap.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Musalaki adalah rumah adat Nusa Tenggara Timur, rumah ini tempat tinggal Lurah, Camat, atau pembesar lainnya. Rumah ini berbentuk panggung, di bawahnya terdapat balai panjang tempat menerima tamu. Tiang-tiangnya berdiri di atas batu besar sehingga tidak perlu ditanam di dalam tanah. Atapnya terbuat dari jerami. Strukturnya dikategorikan dalam dua kategori, yaitu: sub-structure (struktur bawah) dan upper-structure (struktur atas). Berikut ini adalah struktur konstruksi bangunan tradisional Musalaki Suku Ende Lio a. Struktur Bawah Musalaki 1. Struktur Kuwu Lewa (Pondasi) Musalaki Sub struktur atau struktur bagian bawah bangunan adalah pondasi. Pondasi pada bangunan rumah Musalaki menggunakan batu lonjong yang dipasang berdiri secara vertikal. Pondasi dalam bahasa Ende Lio disebut leke lewu yang berartikan tiang kolom pondasi. Bentuk dari pondasi rumah Musalaki yang unik yaitu kolom bangunan hanya diletakkan diatas sebuah batu datar yang sudah terbentuk di alam. Tujuan pembuatan pondasi seperti ini adalah untuk menghindari keretakan atau pada kolom bangunan pada saat terjadi gempa, sedangkan bentuk lantai panggung bertujuan untuk memungkinkan sirkulasi udara dari bawah lantai dapat berjalan baik, sehingga kemungkinan terjadi kelembaban pada lantai bangunan Musalaki dapat dihindari. 2. Struktur Maga (Lantai) Musalaki Lantai rumah tradisional Musalaki dalam bahasa Ende Lio biasa disebut maga yang terbuat dari bilah papan yang disusun sejajar satu arah. Struktur lantai pada Musalaki terdiri dari dua bagian yaitu lantai tenda teo (teras gantung) dan lantai koja ndawa (lantai ruang dalam) yang membedakan keduanya adalah beda tinggi lantai tersebut. Alasan pembuatan lantai dari bilah papan adalah seperti yang telah dijelaskan di atas yaitu agar udara yang melewati kolong rumah dapat masuk ke ruang atas, selain itu dengan menggunakan lantai papan, tingkat kelembapan di dalam bangunan tradisional Keda juga akan berkurang, mengingat ketinggian lantai rumah tradisional Keda tidak seperti rumah tradisional lain pada umumnya yaitu berkisar antara 60 – 100 centimeter dari permukaan tanah. b. Struktur Atas Musalaki 1. Strukur Atas Lantai adalah Wisu (tiang kolom tak berdiding) Musalaki Pada bangunan tradisional Musalaki struktur atas lantai mempunyai empat buah wisu (tiang kolom) penyangga yang ditopang dari isi ine wawo (balok kayu palang bagian atas) yang memiliki panjang ± 400 cm yang ditopang juga isi mbasi (balok kayu palang bagian bawah) yang panjang ± 450 cm . Bangunan Musalaki tidak mempunyai dinding pembatas ruang. Tinggi masing - masing tiang kolom bangunan Musalaki ± 120 cm dimana bentuk dari kolom berbeda dengan kolom bangunan lainnya. Tiang kolom berbentuk bulat di bagian bawah dan bagian atasnya berbentuk menyerupai sebuah kerucut segi empat. Pada masing – masing kolom mempunyai ciri khas ukiran yang mempunyai filasofi bagi masyarakat Suku Ende Lio khususnya Desa Wolotolo. Diantara tiang kolom samping kanan dan samping kiri Musalaki terdapat leke raja yaitu satu tiang badan rumah yang panjangnya ± 120 cm, letaknya di bagian tengah yang menghubungkan dengan tiang mangu yang panjangnya ± 450 cm untuk menahan bubungan yang membentuk atap rumah atau ubu yang diikat oleh isi mbasi wawo (balok kayu palang bagian atas) yang memliki panjang ± 650 cm. Untuk rumah Musalaki tiang leke raja dan tiang mangu menjadi satu tiang dan kayu palang menghubungkan tiang mangu yaitu saka ubu, kedua tiang leke raja ini dipasang dengan menggunakan seremonial adat Suku Ende Lio. Pada tiang leke raja dan mangu mempunyai seni ukiran simbol binatang reptil dan binatang 2. Struktur Atap Musalaki Struktur rangka atap merupakan struktur bagian atas bangunan Musalaki. Tiang mangu (tiang nok) pada bagian struktur rangka atap Musalaki berfungsi sebagai pembentuk struktur kuda – kuda yang dihubungkan dengan saka ubu (bubungan). Struktur kuda – kuda pada bagian rangka atap Musalaki disebut jara yang merupakan kayu palang yang menghungkan antara ujung tiang mangu atau leke raja untuk membentuk bubungan atap Musalaki. Pada bagian struktur atap ria terdapat juga pella yang merupakan kayu palang yang membentuk sudut bubungan yang menghubungkan tiang mangu atau leke raja dengan tiang wisu (kolom). Pada bagian struktur rangka atap terdapat lare serta juga eba (gording) yang terbuat dari bilah bambu yang panjang dan letaknya sejajar dengan gola yang merupakan kayu palang membentuk segi empat persegi sebagai penyanggah kuda – kuda dan pella, jaraknya berdekatan atau disesuaikan dengan Ngu Ki (alang-alang penutup atap). Struktur yang terakhir adalah ate ubu (atap) yang bahannya adalah nao (ijuk) sebagai pengikat dan ki (alang-alang) yang dipasang secara berselang seling dari bawah ke atas. Filosofi Bentuk Bangunan Musalaki Bentuk rumah adat Musalaki persegi empat dengan atap yang menjulang tinggi sebagai simbol kesatuan dengan sang pencipta. Bentuk atap diyakini memiliki bentuk seperti layar perahu sebagaimana diceritakan nenek moyang pertama Suku Ende Lio datang menggunakan perahu. Di puncak bagian atas terdapat dua ornamen yang memiliki simbol yaitu kolo Musalaki (kepala rumah keda) dan kolo ria (kepala rumah besar) dimana diyakini kedua bangunan memiliki hubungan spiritual.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Musalaki adalah rumah adat Nusa Tenggara Timur, rumah ini tempat tinggal Lurah, Camat, atau pembesar lainnya. Rumah ini berbentuk panggung, di bawahnya terdapat balai panjang tempat menerima tamu. Tiang-tiangnya berdiri di atas batu besar sehingga tidak perlu ditanam di dalam tanah. Atapnya terbuat dari jerami. Strukturnya dikategorikan dalam dua kategori, yaitu: sub-structure (struktur bawah) dan upper-structure (struktur atas). Berikut ini adalah struktur konstruksi bangunan tradisional Musalaki Suku Ende Lio a. Struktur Bawah Musalaki 1. Struktur Kuwu Lewa (Pondasi) Musalaki Sub struktur atau struktur bagian bawah bangunan adalah pondasi. Pondasi pada bangunan rumah Musalaki menggunakan batu lonjong yang dipasang berdiri secara vertikal. Pondasi dalam bahasa Ende Lio disebut leke lewu yang berartikan tiang kolom pondasi. Bentuk dari pondasi rumah Musalaki yang unik yaitu kolom bangunan hanya diletakkan diatas sebuah batu datar yang sudah terbentuk di alam. Tujuan pembuatan pondasi seperti ini adalah untuk menghindari keretakan atau pada kolom bangunan pada saat terjadi gempa, sedangkan bentuk lantai panggung bertujuan untuk memungkinkan sirkulasi udara dari bawah lantai dapat berjalan baik, sehingga kemungkinan terjadi kelembaban pada lantai bangunan Musalaki dapat dihindari. 2. Struktur Maga (Lantai) Musalaki Lantai rumah tradisional Musalaki dalam bahasa Ende Lio biasa disebut maga yang terbuat dari bilah papan yang disusun sejajar satu arah. Struktur lantai pada Musalaki terdiri dari dua bagian yaitu lantai tenda teo (teras gantung) dan lantai koja ndawa (lantai ruang dalam) yang membedakan keduanya adalah beda tinggi lantai tersebut. Alasan pembuatan lantai dari bilah papan adalah seperti yang telah dijelaskan di atas yaitu agar udara yang melewati kolong rumah dapat masuk ke ruang atas, selain itu dengan menggunakan lantai papan, tingkat kelembapan di dalam bangunan tradisional Keda juga akan berkurang, mengingat ketinggian lantai rumah tradisional Keda tidak seperti rumah tradisional lain pada umumnya yaitu berkisar antara 60 – 100 centimeter dari permukaan tanah. b. Struktur Atas Musalaki 1. Strukur Atas Lantai adalah Wisu (tiang kolom tak berdiding) Musalaki Pada bangunan tradisional Musalaki struktur atas lantai mempunyai empat buah wisu (tiang kolom) penyangga yang ditopang dari isi ine wawo (balok kayu palang bagian atas) yang memiliki panjang ± 400 cm yang ditopang juga isi mbasi (balok kayu palang bagian bawah) yang panjang ± 450 cm . Bangunan Musalaki tidak mempunyai dinding pembatas ruang. Tinggi masing - masing tiang kolom bangunan Musalaki ± 120 cm dimana bentuk dari kolom berbeda dengan kolom bangunan lainnya. Tiang kolom berbentuk bulat di bagian bawah dan bagian atasnya berbentuk menyerupai sebuah kerucut segi empat. Pada masing – masing kolom mempunyai ciri khas ukiran yang mempunyai filasofi bagi masyarakat Suku Ende Lio khususnya Desa Wolotolo. Diantara tiang kolom samping kanan dan samping kiri Musalaki terdapat leke raja yaitu satu tiang badan rumah yang panjangnya ± 120 cm, letaknya di bagian tengah yang menghubungkan dengan tiang mangu yang panjangnya ± 450 cm untuk menahan bubungan yang membentuk atap rumah atau ubu yang diikat oleh isi mbasi wawo (balok kayu palang bagian atas) yang memliki panjang ± 650 cm. Untuk rumah Musalaki tiang leke raja dan tiang mangu menjadi satu tiang dan kayu palang menghubungkan tiang mangu yaitu saka ubu, kedua tiang leke raja ini dipasang dengan menggunakan seremonial adat Suku Ende Lio. Pada tiang leke raja dan mangu mempunyai seni ukiran simbol binatang reptil dan binatang 2. Struktur Atap Musalaki Struktur rangka atap merupakan struktur bagian atas bangunan Musalaki. Tiang mangu (tiang nok) pada bagian struktur rangka atap Musalaki berfungsi sebagai pembentuk struktur kuda – kuda yang dihubungkan dengan saka ubu (bubungan). Struktur kuda – kuda pada bagian rangka atap Musalaki disebut jara yang merupakan kayu palang yang menghungkan antara ujung tiang mangu atau leke raja untuk membentuk bubungan atap Musalaki. Pada bagian struktur atap ria terdapat juga pella yang merupakan kayu palang yang membentuk sudut bubungan yang menghubungkan tiang mangu atau leke raja dengan tiang wisu (kolom). Pada bagian struktur rangka atap terdapat lare serta juga eba (gording) yang terbuat dari bilah bambu yang panjang dan letaknya sejajar dengan gola yang merupakan kayu palang membentuk segi empat persegi sebagai penyanggah kuda – kuda dan pella, jaraknya berdekatan atau disesuaikan dengan Ngu Ki (alang-alang penutup atap). Struktur yang terakhir adalah ate ubu (atap) yang bahannya adalah nao (ijuk) sebagai pengikat dan ki (alang-alang) yang dipasang secara berselang seling dari bawah ke atas. Filosofi Bentuk Bangunan Musalaki Bentuk rumah adat Musalaki persegi empat dengan atap yang menjulang tinggi sebagai simbol kesatuan dengan sang pencipta. Bentuk atap diyakini memiliki bentuk seperti layar perahu sebagaimana diceritakan nenek moyang pertama Suku Ende Lio datang menggunakan perahu. Di puncak bagian atas terdapat dua ornamen yang memiliki simbol yaitu kolo Musalaki (kepala rumah keda) dan kolo ria (kepala rumah besar) dimana diyakini kedua bangunan memiliki hubungan spiritual.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Bangsal Kencono Keraton Yogyakarta adalah rumah adat yang berbentuk pendopo. Keraton merupakan tempat tinggal raja atau ratu. Keraton ini memiliki makna dan filosofi. Filosofi kehidupan hakikat seorang manusia, alam bekerja dan manusia menjalani hidupnya, serta berbagai perlambangan kehidupan terpendam di dalamnya. Pada bagian depan Bangsal Kencono terdapat 2 patung batu Gupolo, yaitu raksasa yang memegang semacam pemukul berbentuk gada.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Bangsal Kencono Keraton Yogyakarta adalah rumah adat yang berbentuk pendopo. Keraton merupakan tempat tinggal raja atau ratu. Keraton ini memiliki makna dan filosofi. Filosofi kehidupan hakikat seorang manusia, alam bekerja dan manusia menjalani hidupnya, serta berbagai perlambangan kehidupan terpendam di dalamnya. Pada bagian depan Bangsal Kencono terdapat 2 patung batu Gupolo, yaitu raksasa yang memegang semacam pemukul berbentuk gada.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Banten merupakan salah satu provinsi muda di Indonesia. Awalnya ia masuk ke dalam wilayah administratif provinsi Jawa Barat. Namun kemudian di tahun 2000, Banten resmi berpisah dan menjadi provinsi mandiri dengan ibu kota Serang. Apa yang menarik dari Banten? Jawabannya banyak. Salah satunya adalah suku Baduy atau yang juga lazim dikenal dengan nama Urang Kanekes. Suku ini mengisolasi diri mereka dari dunia luar. Meski demikian, pemerintah menetapkan rumah adat Banten adalah rumah adat suku Baduy/Badui. Rumah tradisional ini berupa panggung dengan beratapkan daun dan lantai dari pelepah bambu yang telah dibelah. Rumah adat ini tidak memiliki jendela. Sama seperti rumah adat di wilayah lain, rumah tradisional Banten ini juga sarat akan nilai filosofis. Rumah khas suku Baduy ini dibangun menghadap ke utara dan selatan sebab arah barat juga timur dianggap tak baik dalam kehidupan orang Kanekes. Hal lain yang cukup mencolok dari pemukiman orang Baduy adalah harmonisasi antara lingkungan dan masyarakat. Mereka tak mengubah alam sesuai dengan kepentingan mereka. Justru sebaliknya, mereka menyesuaikan hidup dengan apa yang ada di alam. Hasilnya adalah harmonisasi hidup yang terlihat jelas. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri dari Urang Kanekes.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Banten merupakan salah satu provinsi muda di Indonesia. Awalnya ia masuk ke dalam wilayah administratif provinsi Jawa Barat. Namun kemudian di tahun 2000, Banten resmi berpisah dan menjadi provinsi mandiri dengan ibu kota Serang. Apa yang menarik dari Banten? Jawabannya banyak. Salah satunya adalah suku Baduy atau yang juga lazim dikenal dengan nama Urang Kanekes. Suku ini mengisolasi diri mereka dari dunia luar. Meski demikian, pemerintah menetapkan rumah adat Banten adalah rumah adat suku Baduy/Badui. Rumah tradisional ini berupa panggung dengan beratapkan daun dan lantai dari pelepah bambu yang telah dibelah. Rumah adat ini tidak memiliki jendela. Sama seperti rumah adat di wilayah lain, rumah tradisional Banten ini juga sarat akan nilai filosofis. Rumah khas suku Baduy ini dibangun menghadap ke utara dan selatan sebab arah barat juga timur dianggap tak baik dalam kehidupan orang Kanekes. Hal lain yang cukup mencolok dari pemukiman orang Baduy adalah harmonisasi antara lingkungan dan masyarakat. Mereka tak mengubah alam sesuai dengan kepentingan mereka. Justru sebaliknya, mereka menyesuaikan hidup dengan apa yang ada di alam. Hasilnya adalah harmonisasi hidup yang terlihat jelas. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri dari Urang Kanekes.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat yang disebut juga rumah Keraton Kasepuhan Cirebon ini merupakan tapak sejarah penting karena merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat penyebaran Islam di Jawa Barat. Mula didirikan oleh Pangeran Cakrabuwana dengan nama Keraton Pakungwati pada tahun 1452, kemudian diperluas dan diperbaharui oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1483. Kini, keraton masih lestari dengan segenap peninggalannya dan arsitektur yang bernilai tinggi. Seperti daerah pesisir umumnya, Pelabuhan Cirebon pada masa lalu dikenal sebagai pusat perdagangan internasional. Kota Cirebon pun banyak disinggahi para pedagang dan saudagar. Menurut catatan, sebutan Cirebon berasal dari kata "caruban" yang artinya campuran. Sebab kala itu, banyak pedagang dan saudagar dari berbagai bangsa yang berbaur dan menetap di kota itu. Kemudian terciptalah akulturasi budaya.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat yang disebut juga rumah Keraton Kasepuhan Cirebon ini merupakan tapak sejarah penting karena merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat penyebaran Islam di Jawa Barat. Mula didirikan oleh Pangeran Cakrabuwana dengan nama Keraton Pakungwati pada tahun 1452, kemudian diperluas dan diperbaharui oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1483. Kini, keraton masih lestari dengan segenap peninggalannya dan arsitektur yang bernilai tinggi. Seperti daerah pesisir umumnya, Pelabuhan Cirebon pada masa lalu dikenal sebagai pusat perdagangan internasional. Kota Cirebon pun banyak disinggahi para pedagang dan saudagar. Menurut catatan, sebutan Cirebon berasal dari kata "caruban" yang artinya campuran. Sebab kala itu, banyak pedagang dan saudagar dari berbagai bangsa yang berbaur dan menetap di kota itu. Kemudian terciptalah akulturasi budaya.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Bubungan Lima adalah rumah adat resmi provinsi Bengkulu. Rumah Bubungan Lima termasuk jenis rumah panggung. "Bubungan lima" sejatinya merujuk pada atap dari rumah panggung tersebut. Selain "bubungan lima", rumah panggung khas Bengkulu ini memiliki bentuk atap lainnya, seperti "bubungan limas", "bubungan haji", dan "bubungan jembatan". Material utama yang digunakan adalah kayu medang kemuning atau surian balam, yang berkarakter lembut namun tahan lama. Lantainya terbuat dari papan, sementara atapnya terbuat dari ijuk enau atau sirap. Sementara di bagian depan, terdapat tangga untuk naik-turun rumah, yang jumlahnya biasanya ganjil (berkaitan dengan nilai adat).

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Bubungan Lima adalah rumah adat resmi provinsi Bengkulu. Rumah Bubungan Lima termasuk jenis rumah panggung. "Bubungan lima" sejatinya merujuk pada atap dari rumah panggung tersebut. Selain "bubungan lima", rumah panggung khas Bengkulu ini memiliki bentuk atap lainnya, seperti "bubungan limas", "bubungan haji", dan "bubungan jembatan". Material utama yang digunakan adalah kayu medang kemuning atau surian balam, yang berkarakter lembut namun tahan lama. Lantainya terbuat dari papan, sementara atapnya terbuat dari ijuk enau atau sirap. Sementara di bagian depan, terdapat tangga untuk naik-turun rumah, yang jumlahnya biasanya ganjil (berkaitan dengan nilai adat).

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat dari Aceh ini disebut juga sebagai Rumoh Aceh atau "Krong Bade". Krong Bade adalah rumah dengan bentuk yang seragam, yang kesemuanya berbentuk persegi panjang, dan letaknya memanjang dari timur ke barat. Penentuan letak arah ini dipakai guna mempermudah menentukan arah kiblat untuk sholat. Tidak semua rumah adat Aceh memiliki ukiran, dan kalaupun rumah-rumah tersebut memiliki ukiran bentuknya tidak sama. Hal ini bergantung pada kemampuan ekonomi si empunya rumah. Jika pemilik rumah mempunyai kemampuan ekonomi yang di atas rata-rata, biasanya mereka akan memiliki rumah dengan ukir-ukiran yang bagus dan mewah. Begitu juga sebaliknya, bagi orang yang mempunyai kemampuan ekonomi pas-pasan atau rata-rata, maka tidak terdapat begitu banyak ukir-ukiran di rumahnya.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat dari Aceh ini disebut juga sebagai Rumoh Aceh atau "Krong Bade". Krong Bade adalah rumah dengan bentuk yang seragam, yang kesemuanya berbentuk persegi panjang, dan letaknya memanjang dari timur ke barat. Penentuan letak arah ini dipakai guna mempermudah menentukan arah kiblat untuk sholat. Tidak semua rumah adat Aceh memiliki ukiran, dan kalaupun rumah-rumah tersebut memiliki ukiran bentuknya tidak sama. Hal ini bergantung pada kemampuan ekonomi si empunya rumah. Jika pemilik rumah mempunyai kemampuan ekonomi yang di atas rata-rata, biasanya mereka akan memiliki rumah dengan ukir-ukiran yang bagus dan mewah. Begitu juga sebaliknya, bagi orang yang mempunyai kemampuan ekonomi pas-pasan atau rata-rata, maka tidak terdapat begitu banyak ukir-ukiran di rumahnya.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Jenis rumah adat yang berasal dari provinsi Sumatera Selatan ini merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu. Dari segi arsitektur, rumah-rumah kayu itu disebut rumah limas karena atapnya yang berbentuk limas. Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki ciri khas rumah limas sebagai rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, membuat masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian Sungai Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Jenis rumah adat yang berasal dari provinsi Sumatera Selatan ini merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu. Dari segi arsitektur, rumah-rumah kayu itu disebut rumah limas karena atapnya yang berbentuk limas. Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki ciri khas rumah limas sebagai rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, membuat masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian Sungai Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, yang memiliki bangunan empat persegi panjang yang kadang-kadang ditempati oleh 5 sampai 6 keluarga. Memasuki Rumah Bolon ini harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah tersebut, harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang. Hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah. Lantai rumah adat Batak Toba Sumatera Utara ini kadang-kadang mencapai ketinggian 1,75 m di atas permukaan tanah dan bagian bawah dipergunakan untuk memelihara hewan, seperti babi, ayam, dan sebagainya. Pintu masuk rumah dahulunya memiliki 2 macam daun pintu yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai lagi. Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar. Walaupun bersamaan di dalam ada lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruangan karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, yang memiliki bangunan empat persegi panjang yang kadang-kadang ditempati oleh 5 sampai 6 keluarga. Memasuki Rumah Bolon ini harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah tersebut, harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang. Hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah. Lantai rumah adat Batak Toba Sumatera Utara ini kadang-kadang mencapai ketinggian 1,75 m di atas permukaan tanah dan bagian bawah dipergunakan untuk memelihara hewan, seperti babi, ayam, dan sebagainya. Pintu masuk rumah dahulunya memiliki 2 macam daun pintu yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai lagi. Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar. Walaupun bersamaan di dalam ada lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruangan karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Kebaya merupakan rumah adat di DKI Jakarta dengan bentuk atap perisai landai yang diteruskan dengan atap pelana yang lebih landai, terutama pada bagian teras. Bangunan rumah adat Betawi ini ada yang berbentuk rumah panggung dan ada pula yang menapak di atas tanah dengan lantai yang ditinggikan. Masyarakat Betawi lama memiliki adat untuk membuat sumur di halaman depan rumah dan mengebumikan keluarga yang meninggal di halaman samping kanan rumah.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Kebaya merupakan rumah adat di DKI Jakarta dengan bentuk atap perisai landai yang diteruskan dengan atap pelana yang lebih landai, terutama pada bagian teras. Bangunan rumah adat Betawi ini ada yang berbentuk rumah panggung dan ada pula yang menapak di atas tanah dengan lantai yang ditinggikan. Masyarakat Betawi lama memiliki adat untuk membuat sumur di halaman depan rumah dan mengebumikan keluarga yang meninggal di halaman samping kanan rumah.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Gapura Candi Bentar merupakan rumah adat resmi provinsi Bali. Hunian tradisional ini tergolong salah satu yang terunik di tanah air. Dalam rumah Gapura Candi Bentar dan rumah adat Bali lainnya, nilai-nilai spiritualitas, tradisi, dan estetika berpadu harmonis menghadirkan pesona kebudayaan yang adiluhung. Istilah "Gapura Candi Bentar" sendiri sejatinya merujuk pada bangunan gapura yang menjadi gerbang pada rumah-rumah tradisional Bali. Gapura tersebut terdiri dari dua buah candi serupa dan sebangun, tetapi merupakan simetri cermin, yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk ke pekarangan rumah. Gapura tersebut tidak memiliki atap penghubung pada bagian atas, sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di bagian dalam oleh anak-anak tangga yang menjadi jalan masuk.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Gapura Candi Bentar merupakan rumah adat resmi provinsi Bali. Hunian tradisional ini tergolong salah satu yang terunik di tanah air. Dalam rumah Gapura Candi Bentar dan rumah adat Bali lainnya, nilai-nilai spiritualitas, tradisi, dan estetika berpadu harmonis menghadirkan pesona kebudayaan yang adiluhung. Istilah "Gapura Candi Bentar" sendiri sejatinya merujuk pada bangunan gapura yang menjadi gerbang pada rumah-rumah tradisional Bali. Gapura tersebut terdiri dari dua buah candi serupa dan sebangun, tetapi merupakan simetri cermin, yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk ke pekarangan rumah. Gapura tersebut tidak memiliki atap penghubung pada bagian atas, sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di bagian dalam oleh anak-anak tangga yang menjadi jalan masuk.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat yang dulunya merupakan istana raja ini terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat. Rumah ini terbuat dari kayu yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III sekitar tahun 1885 M. Saat ini sudah dimanfaatkan sebagai museum daerah Sumbawa. Di dalamnya Anda dapat menemukan benda-benda bersejarah kabupaten Sumbawa. Istana ini terdiri dari dua bangunan kembar yang ditopang dengan 99 tiang kayu besar.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat yang dulunya merupakan istana raja ini terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat. Rumah ini terbuat dari kayu yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III sekitar tahun 1885 M. Saat ini sudah dimanfaatkan sebagai museum daerah Sumbawa. Di dalamnya Anda dapat menemukan benda-benda bersejarah kabupaten Sumbawa. Istana ini terdiri dari dua bangunan kembar yang ditopang dengan 99 tiang kayu besar.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat ini berasal dari provinsi Jawa Tengah. Dasar filosofi dan arsitekturnya tidak jauh berbeda dengan rumah adat di Jawa Timur dan D.I Yogyakarta. Rumah ini terlihat sederhana dan digunakan sebagai lambang atau penanda status sosial seorang priayi atau para bangsawan Jawa. Atap rumahnya memiliki ciri khas tersendiri, yaitu menyerupai bentuk sebuah gunung.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah adat ini berasal dari provinsi Jawa Tengah. Dasar filosofi dan arsitekturnya tidak jauh berbeda dengan rumah adat di Jawa Timur dan D.I Yogyakarta. Rumah ini terlihat sederhana dan digunakan sebagai lambang atau penanda status sosial seorang priayi atau para bangsawan Jawa. Atap rumahnya memiliki ciri khas tersendiri, yaitu menyerupai bentuk sebuah gunung.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Baileo adalah rumah adat di daerah Maluku. Rumah ini memiliki beberapa fungsi penting dalam kehidupan masyarakat Maluku. Diantaranya adalah sebagai tempat berkumpul seluruh warga untuk berdiskusi, tempat penyimpanan benda-benda keramat, dan tempat upacara adat. Rumah ini berbentuk rumah panggung. Posisi lantai berada di atas permukaan tanah. Hal ini memiliki arti bahwa roh-roh nenek moyang akan memiliki tempat dan derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan tempat masyarakat berdiri.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Baileo adalah rumah adat di daerah Maluku. Rumah ini memiliki beberapa fungsi penting dalam kehidupan masyarakat Maluku. Diantaranya adalah sebagai tempat berkumpul seluruh warga untuk berdiskusi, tempat penyimpanan benda-benda keramat, dan tempat upacara adat. Rumah ini berbentuk rumah panggung. Posisi lantai berada di atas permukaan tanah. Hal ini memiliki arti bahwa roh-roh nenek moyang akan memiliki tempat dan derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan tempat masyarakat berdiri.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Nuwo Sesat merupakan rumah adat Lampung. Bentuknya menyerupai panggung, atap terbuat dari anyaman ilalang dan kayu untuk menghindari serangan binatang buas. Rumah tradisional ini juga dirancang tahan gempa. Masyarakat setempat telah mengenal cara membangun rumah yang tahan gempa sejak zaman nenek moyang mereka. Hal ini dikarenakan posisi Lampung yang terletak diantara pertemuan lempeng Asia dan Australia.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Nuwo Sesat merupakan rumah adat Lampung. Bentuknya menyerupai panggung, atap terbuat dari anyaman ilalang dan kayu untuk menghindari serangan binatang buas. Rumah tradisional ini juga dirancang tahan gempa. Masyarakat setempat telah mengenal cara membangun rumah yang tahan gempa sejak zaman nenek moyang mereka. Hal ini dikarenakan posisi Lampung yang terletak diantara pertemuan lempeng Asia dan Australia.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama rumah adat Minangkabau yang banyak terdapat di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah tradisional ini disebut juga sebagai Rumah Bagonjong oleh masyarakat setempat. Rumah ini memiliki ciri khas arsitektur dengan atap menyerupai tanduk kerbau. Bagian atap biasanya terbuat dari bahan ijuk meskipun sekarang sudah ada banyak yang terbuat dari atap seng.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama rumah adat Minangkabau yang banyak terdapat di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah tradisional ini disebut juga sebagai Rumah Bagonjong oleh masyarakat setempat. Rumah ini memiliki ciri khas arsitektur dengan atap menyerupai tanduk kerbau. Bagian atap biasanya terbuat dari bahan ijuk meskipun sekarang sudah ada banyak yang terbuat dari atap seng.

Domain: Culture; Industri/Domain: General culture

Member comments


( You can type up to 200 characters )

Pos  
Other Other Blossarys

E-learning is growing faster than ever due to ...

Category: Other

By: Bellawatson

Growing older comes with a lot of changes for ...

Category: Other

By: timothymatt02

Doing your lead generation can be challenging if ...

Category: Other

By: jimmyhawk141

Proper flooring enhances the beauty of a ...

Category: Other

By: unseencreations


© 2024 CSOFT International, Ltd.